Saturday, August 7, 2010

Image and video hosting by TinyPic

Temanku mengirimkan pesan pendek.
"Kita nonton di Permata yuk"
Kemudian aku berpikir, yang aku ingat dari bioskop itu selain sebuah bioskop tua di tengah kota yang memutar film-film Indonesia lama, adalah sebuah mural bergambar tokoh komik yang terpampang besar dan sudah mulai menghilang dimakan jaman.
Akhir-akhir ini bioskop ini berganti fungsi menjadi sebuah ruang konser band-band bawah tanah. dan tempat ini memang sangat menarik jika beralih fungsi menjadi ruang konser.
Bagi saya ini sebuah alternatif yang cukup bagus.



Aku mengiyakan ajakan itu tentunya, sebuah momen yang cukup menarik untuk dinikmati.
Tiba di bioskop setengah sore, kemudian melihat-lihat film yang akan ditonton. Dan tercetuslah sebuah film lama yang dibintangi artis panas Selly Marcelina bertajuk "Penari Malam"
Senja kemudian mulai tidur.
Kami berempat, dan hanya beberapa orang berumuran setengah baya, juga seorang kakek tua yang mungkin hendak mencari hiburan diantara jengah.


Entah, hal ini mengingatkan saya pada sebuah memori masa kecil. Pulang dari sekolah, kemudian pergi ke sebuah bioskop di pinggiran kota dengan seorang teman kecil. tetangga saya.
Saya ingat sebuah film bioskop pertama yang saya tonton di kampung halaman saya.
"The Girl from Beijing"
sebuah film semi dari Cina yang cukup menegangkan buat saya. Dan tentu saja cukup menggetarkan birahi kecil saya waktu itu.
Juga, sebuah kejadian yang benar benar menjijikan dan susah terlupa. Seorang lelaki paruh baya tidak tahu malu memperlihatkan saya dan teman saya onderdilnya. FAK!
Sekarang saya hanya bisa tersenyum jika mengingat hal itu.


Bau pesing, kursi penonton yang jauh dari kata nyaman, asap rokok dan gelap menemani kami menonton adegan tiap adegan malam itu.
sebuah film tentang seorang wanita yang bertahan hidup dengan menjadi seorang penari malam. Dirinya yang sedang naik kariernya merasa terancam dengan teror yang dialaminya setiap malam.
Yah, walau cukup membosankan, namun malam itu cukup menjadi sebuah cerita menarik untuk catatan hidup saya yang mulai terasa monoton.

Image and video hosting by TinyPic


Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic


Kemudian.


Kemarin saya bermaksud untuk berteduh dan sekedar beristirahat sejenak, saya mendapatkan sebuah tulisan terpampang di pintu kaca bioskop tua itu.

Image and video hosting by TinyPic


Sebuah bioskop pun hanya mencoba menjalani hidup dan bertahan.
Namun, dunia terus bergerak semakin cepat dan semakin berkembang.
Bioskop ini akhirnya berhenti.
meninggalkan cerita usang yang perlahan hilang bersama angin.

3 comments:

  1. weleh.. saya aja yang udah sekian puluh tahun di jogja belon pernah sekalipun nonton di permata..udah mau tutup aja nih..

    ReplyDelete